Cara Memaknai
SUMPAH KARATE
Tradisi
dalam membuka dan menutup latihan adalah mengucapkan dengan lantang Tradisi
Sumpah Karate. Tidak perlu diingat-ingat karena ucapan tentunya sudah pasti
hapal diluar kepala oleh para karateka. Tetapi apakah benar makna yang
terkandung didalamnya meresap dalam tingkah laku kita sehari-hari diluar
kepala? he he he jawab sendiri aja ya.
Yuk
kita flash back maknanya.
1. Sanggup Memelihara
Kepribadian
Seorang
Karateka berjiwa ksatria, sportif, berbudi pekerti luhur, tidak sombong dan
rendah hati
2. Sanggup Patuh Pada
Kejujuran
Seorang Karateka pantang berbohong, jujur pada diri sendiri dan orang lain,
sehingga dapat dipercaya
semua orang.
3. Sanggup Mempertinggi
Prestasi
Sesuai tingkatan sabuk, seorang Karateka harus dapat meningkatkan kemampuan
diri dari segi teknik, fisik dan keilmuan serta filosofi Karate-Do. Bagi para
atlet harus rajin berlatih agar mampu meningkatkan prestasi yang sudah diraih.
4. Sanggup Menjaga Sopan
Santun
Karateka adalah figur yang memiliki etika dalam kehidupan sehari-hari, baik di
perguruan, pekerjaan dan pergaulan di masyarakat. Menghormati dan menghargai
sesama Karateka (yunior, setara dan senior) maupun kepada orang lain.
Sebagaimana dinasihatkan Gichin Funakoshi: “Tanpa sopan santun kau tidak akan
bisa berlatih Karate-Do. Hal ini tidak hanya berlaku selama latihan saja namun
juga dalam hidupmu sehari-hari.”
5. Sanggup Menguasai Diri
Seorang Karateka yang menjiwai Karate-Do akan mampu mengendalikan emosinya.
Lebih memilih menyelesaikan masalah dengan cara musyawarah daripada kepalan
tangan. Selalu menghindari perkelahian daripada menimbulkan masalah apalagi mencederai
orang lain. Teknik Karate hanya digunakan saat keadaan benar-benar memaksa dan
tak ada jalan lain untuk menghindar.
Gichin Funakoshi mengingatkan;untuk mendapat seratus kemenangan dalam
seratus pertarungan bukanlah kemampuan yang tertinggi. Untuk menaklukkan lawan
tanpa bertarung adalah kemampuan yang tertinggi.
Tingkatan
sumpah lebih tinggi tanggungjawabnya dari sekedar ikrar dan janji.
Makna warna
sabuk karate
Karate
olahraga beladiri yang mempunyai ciri khas yang dapat dibedakan dari jenis olahraga
beladiri lainnya seperti Silat, Judo, Kung Fu, Kempo dan beladiri lainnya.
Perbedaan ini dapat dilihat baik secara filosofi, tehnik gerakan maupun atribut
yang digunakan selama menjalani proses latihan, pertandingan serta pada saat
pelaksanaan ujian kenaikan sabuk/ tingkat. Salah satu perbedaan di dalam
penggunaan atribut yakni peralatan dan perlengkapan yang dipergunakan, seperti
baju dan sabuk. Namun demikian antara beladiri Karate dan Judo memiliki
kesamaan di dalam menentukan sistem peringkat, yaitu dengan membedakan
berdasarkan warna sabuk. Sebagaimana yang diakui oleh Master Gichin Funakoshi
bahwa Karate didalam menggunakan system pemeringkat mengadopsi/meniru sistem
yang dipergunakan didalam beladiri Judo.
Dalam
beladiri Karate warna sabuk (obi) dipergunakan untuk membedakan antara satu
karateka dengan karateka lainnya. Sabuk yang dipergunakan oleh karateka pemula
saat mulai berlatih Karate dimulai dari sabuk putih. Secara filosofis,
perbedaan sabuk Karate ini untuk menunjukkan bahwa karateka harus menjunjung
tinggi sikap saling menghomati satu sama lainnya. Karateka yang baru belajar
atau pemula harus menghormati karateka yang sudah lebih tinggi sabuk yang
diraihnya, meski secara umur lebih muda. Namun demikian karateka yang sudah
meraih sabuk lebih tinggi dari yang lainnya, wajib untuk menghargai dan
menghormati pula karateka yang baru belajar. Sikap ini sejalan dengan prinsip
Karate yang dijelaskan oleh Gichin Funakoshi bahwa Karate diawali dan diakhiri
oleh sikap menghormati dan saling menghargai.
Obi sebagai sistem pemeringkat menggunakan ukuran kyu (kadang berbeda antara
satu perguruan dengan perguruan lainnya) yang merupakan bentuk representasi
dari Karate dalam menunjukkan bahwa karateka harus berproses dalam semua tujuan
yang diinginkan. Untuk menjadi sekedar sabuk hitam, harus mulai belajar dasar.
Untuk mengejar nilai kebaikan melalui perolehan sabuk hitam, harus belajar dari
dasar. Kecuali untuk tokoh yang memberikan kontribusi dan dukungan nyata
terhadap Karate mereka bisa mendapat penghargaan sabuk hitam kehormatan. Dengan
demikian, perbedaan sabuk ini selain sebagai pelajaran bagi karateka untuk
terus belajar dan berproses dalam meraih tujuan, juga saling menghormati dan
menghargai sesama karateka adalah kemutlakan untuk dijalani.
Sabuk Karate sendiri terdiri dari 6 warna sabuk yang diawali dari sabuk
putihdan yang tinggi sabuk hitam. Arti dari warna sabuk tersebut yakni :
SABUK
PUTIH: melambangkan
kemurnian dan kesucian. Kemurnian dan kesucian ini merupakan kondisi dasar dari
pemula untuk menerima dan mengolah hasil latihan dari guru masing-masing.
Artinya berkembang atau tidaknya karateka ini tergantung dari apa yang diberikan oleh
senpai atau sensei mereka. Kemudian, setelah materi atau nilai Karate telah
disampaikan sesuai dengan apa yang seharusnya, selanjutnya tanggung jawab ada
pada masing-masing individu.
SABUK
KUNING: melambangkan
warna matahari yang diibaratkan bahwa karateka telah melihat “hari baru” dimana
dia telah mampu memahami semangat Karate, berkembang dalam karakter
kepribadiannya dan juga teknik yang telah dipelajari. Sabuk kuning juga
merupakan tahapan
terakhir dari seorang “raw beginner” dan biasanya sudah mulai belajar
tahapan-tahapan gerakan kumite bahkan ada juga yg mulai turun di suatu turnamen.
SABUK
HIJAU: Sabuk ini
merepresentasikan warna rumput dan pepohonan. Pemegang sabuk hijau ini sudah
harus mampu memahami dan menggali lebih dalam lagi segala sesuatu yang
berkaitan dengan karate seiring dengan bertumbuhnya semangat dan teknik gerakan
yang sudah
dikuasainya. Sifat dari warna hijau ini adalah pertumbuhan dan harmoni. Dengan
demikian seorang karateka sabuk hijau diharapkan dalam proses pertumbuhannya
mulai bisa memberikan harmoni dan keseimbangan bagi lingkungan.
SABUK
BIRU: Warna sabuk ini
melambangkan samudera dan langit. Artinya karateka harus mempunyai semangat
luas seperti angkasa dan sedalam samudera. Karateka harus sudah mampu memulai
berani untuk menghadapi tantangan yang dihadapinya dengan semangat
tinggi dan berfikir bahwa proses latihan adalah sesuatu yang menyenangkan dan
bisa merasakan manfaat yang didapatkan. Karateka harus sudah bisa mengontrol
emosi dan berdisiplin.
SABUK
COKLAT: Warna sabuk ini
dilambangkan dengan tanah. Sifat warna ini adalah stabilitas dan bobot. Artinya
seorang karateka pemegang sabuk coklat mulai dari tingkatan kyu 2 sampai 1
harus bisa memberikan kestabilan sikap, kemampuan yang lebih dari pemegang
sabuk di
bawahnya, dan juga sikap melindungi bagi junior-juniornya. Selain itu, sikap
yang harus dimiliki adalah sikap menjejak bumi (down to earth) dan rendah hati
pada sesama.
SABUK
HITAM : Warna hitam
sendiri melambangkan keteguhan dan sikap kepercayaan diri yang didasari pada
nilai kebaikan universal. Warna sabuk ini menjadi idaman bagi setiap karateka
untuk mendapatkannya. Namun, di balik semua prestise sabuk hitam terdapat
tanggung jawab zbesar
dari karateka. Pada tahap ini, pemegang sabuk hitam mulai dari Dan 1 sampai
selanjutnya sebenarnya baru memasuki tahap untuk mendalami karate yang lebih
mendalam. Teknik maupun penguasaan makna hakiki dari kebaikan nilai karate
sudah harus menjadi bagian dari karateka. (penggambaran Gichin Funakohsi).
Sebagian
perguruan Karate di Indonesia, menggunakan sistem peringkat selain sabuk yakni
kyu, ada beberapa perbedaan ketika sabuk biru (kyu 4) mengikuti ujian kenaikan
sabuk coklat. Ada yang turun kyu dari kyu 4 menjadi kyu 3,5. Di perguruan lain
ada yang langsung dari kyu 4 menjadi kyu 3. Dengan demikian, bagi sebagian
perguruan Karate di Indonesia ada yang menerapkan ujian kenaikan sabuk coklat
sebanyak 4 kali (2 tahun atau 4 semester) sampai mendapat kyu 1. Namun bagi
sebagian yang lain, bisa hanya sampai 1,5 tahun atau 3 semester. Maka warna
sabuk dalam Karate selain sebagai pembeda antara karateka yang baru
belajar/pemula dengan yang sudah lama menekuni Karate, sabuk dipergunakan lebih
luas dari itu yakni sebagai proses pendorong bagi karateka untuk terus giat
belajar dan berlatih. Selain itu juga, bagaimana perbedaan sabuk ini justru
menjadi dorongan bagi semua karateka untuk saling menghormati dan menghargai
satu sama lain.
Teknik Dasar
Sangat Penting Dalam Karate
Mengapa
saya selalu disuruh pelatih saya untuk latihan teknik dasar ? Mengapa latihan
saya harus selalu melaksanakan teknik sabuk putih ? Mengapa saya harus latihan
teknik ini lagi ? Saya sudah tahu cara melaksanakannya, tetapi mengapa saya
tidak belajar teknik yang lainnya setelah ini ? Padahal pelatih sudah tahu
kalau saya telah bisa melaksanakan teknik dasar yang telah diberikan. “Latihan
dasar lagi ?”
Kata-kata
tersebut adalah yang sering dirasakan oleh karateka setiap kali latihan. Pada
kenyataannya, karateka sudah bisa merasakan keuntungan dari teknik yang telah
dipelajarinya namun kebanyakan teknik yang dikuasai mereka belum baik dan
benar, sehingga pelatih lebih sering melatih teknik dasar dalam karate.
Seperti
halnya dalam membangun sebuah rumah. Setelah rumah selesai dimana dinding dan
atapnya yang telah didesain sedemikian rupa, namun dalam pembangunannya tidak
memiliki pondasi yang kuat dan benar. Apabila gempa atau angin puting beliung
datang maka dinding dan atap rumah tersebut akan runtuh, sehingga si pemilik
rumah tersebut akan pindah atau harus membangun rumah mereka kembali.
Hal
seperti tersebut diatas sama halnya dengan seseorang yang mempelajari karate.
Dimana mereka tidak memahamidan melaksanakan teknik dasar karate dengan baik
dan benar secara kontinyu, maka pada saat mereka telah mencapai tingkatan yang
lebih tinggi (kyu) biasanya mereka sudah malas untuk latihan karate dan bahkan
meninggalkannya (atau mempelajari bela diri lainnya). (=BERIBU-RIBU YANG DATANG
KE DOJO HANYA BILANGAN YANG TINGGAL).
Haruslah
dipahami didalam karate, bahwa mulai dari sabuk putih hingga sabuk coklat
adalah masa perkenalan teknikteknikkarate (dan selalu melatih teknik yang telah
diberikan); bukan tujuan untuk mendapatkan tingkatan yang lebih tinggi.
Kemudian pada saat telah mencapai sabuk hitam (mulai dari DAN I dst.) adalah
masa-masa pemahaman dan pendalaman terhadap materi karate yang diterima.
Jadi,
apabila seseorang yang mempelajari karate maka mereka harus selalu melatih
teknik dasar (kihon) secara kontinyu sampai mereka akan merasakan teknik dasar
yang baik dan benar. Apabila teknik dasar telah dikuasai maka pada saat mereka
mencapai tingkatan yang lebih tinggi dalam karate maka mereka tidak akan susah
melaksanakannya/mempelajarinya. Begitu pun halnya untuk pelaksanaan kata dan
kumite. Sehingga pada akhirnya mereka akan mencintai karate sampai usia senja
…. K I H O N
PRINSIP
TEKNIK DASAR
Teknik
menangkis, memukul, membanting dan menendang adalah permulaan dari pelajaran
karate serta merupakan tujuan utamanya. Meski hanya masalah waktu untuk bisa
mempelajarinya, penguasaan lengkap dan sempurna mungkin tidak datang begitu
saja, bahkan setelah belajar seumur hidup. Karateka harus mempraktekkannya
secara teratur, dengan konsentrasi dan usaha yang maksimum didalam latihan dari
setiap teknik gerakan yang dilaksanakan. Ini pun belum cukup, dimana didalam
pelatihan harus dilakukan secara ilmiah dan dengan cara yang sistematis. Untuk
bisa efektif, latihan yang dilaksanakan harus diselenggarakan atas dasar
prinsip-prinsip psikologis dan secara fisik yang benar. Mungkin akan
mengejutkan sebahagian orang setelah mengetahui bahwa teknik-teknik yang telah
diciptakan dan dipelajari melalui latihan yang lama dan praktek berkelanjutan
oleh karateka, adalah sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah modern. Dan semakin
dipelajari semakin terbukti kebenarannya. Ini bukanlah sebuah ucapan bahwa ada
tidaknya soal tak terpecahkan, tetapi ini harus menunggu lebih lanjut
pendalaman mengenai Karate. Perbaikan lebih lanjut dari teknik karate adalah
sungguh mungkin, seperti (ketika teknik-teknik dianalisa dalam satu usaha yang
terus menerus untuk memperbaikinya melalui suatu pendekatan ilmiah). Supaya
bermanfaat bagi dari pelatihannya, karateka perlu mempunyai suatu pemahaman
yang baik serta mengikuti point utama, yaitu sebagai berikut :
1.
Katachi (= Bentuk )
Bentuk
(Katachi) yang benar adalah selalu berhubungan erat dengan prinsip-prinsip dari
ilmu fisika dan ilmu gerak. Syarat utama dari teknik yang benar adalah memiliki
keseimbangan yang baik, serta stabilitas yang tinggi dari gerakan masing-masing
bagian tubuh. Karena gerakan-gerakan akan dilakukan dalam rangkaian yang cepat
didalam jangka waktu yang singkat. Ini adalah suatu prinsip dasar dari sebuah
teknik karate, karena pukulan dan tendangan hal yang sangat penting dari seni
bela diri karate. Kebutuhan akan keseimbangan yang baik dapat dilihat terutama
sekali didalam menendang, di mana tubuh itu adalah biasanya ditunjang oleh satu
kaki. Untuk menahan efek (tenaga balik) yang besar, ketika suatu pukulan
didaratkan, stabilitas semua sambungan di lengan dan tangan dan kaki serta
bagian tubuh lainnya adalah hal yang penting diperhatikan. Dengan berubahnya
situasi dan perubahan teknik yang dilakukan, pusat gravitasi berubah ke kanan,
ke kiri, ke depan, atau belakang. Ini tidak bisa dilaksanakan kecuali jika
syaraf dan otot-otot sungguh terlatih. Berikutnya, berdiri dengan satu kaki
jangka waktu yang lama akan membuat kita mudah diserang (terbuka), maka
menyeimbangkan harus terus menerus dilakukan dari satu kaki ke kaki lainya.
Karateka harus siap menghindari dan membalas satu pukulan dan siap untuk
serangan yang berikutnya.
2.
Kokyo (= Pernafasan )
Pernafasan
dikoordinasikan dalam pelaksanaan suatu teknik, secara rinci, menarik napas
(menghirup) ketika menangkis, menghembuskan ketika memfokuskan (memusatkan)
teknik ketika dilaksanakan, dan menarik napas lalu menghembuskan nya ketika
teknik-teknik yang berurutan dilaksanakan. Bernafas harus tidak seragam; ia
akan berubah sesuai dengan perubahan situasi. Ketika menarik napas (mengisi
paru-paru penuh denganoksigen), tetapi ketika
membuangnya
(menghembuskan) udara tidak dibuang seluruhnya. Biarkan 20 persen tetap didalam
paru-paru. Membuang (menghembuskan) seluruh udara yang ada didalam tubuh akan
menyebabkan tubuh lemah sehingga kita tidak bisa menangkis, bahkan suatu
pukulan yang lemah, serta tidak akan mampu untuk melakukan gerakan berikutnya.
3.
Kime (=
Pemusatan/Pemfokusan)
Tanpa
nafas maka tidak akan ada kehidupan. Tanpa “Kime” Karate adalah tak bernyawa.
Adalah penting bahwa karateka harus memahami bahwa semua teknik karate yang
harus dilaksanakan dengan kime. Kime adalah memfokuskan/memusatkan energi
mental, pernafasan dan puncak kekuatan secara fisik di dalam suatu titik yang
diserang. Karate bukanlah apa-apa tanpa semua unsur-unsur ini. Kunci dari kime
adalah pernafasan. Setiap aktivitas secara fisik memerlukan teknik bernafas
yang benar, yang akan bekerja dengan tubuh bukan melawannya. Geraman atau
erangan tidak akan menghasilkan apa-apa. Seorang karateka harus menggunakan
teknik pernafasan dengan menggabungkannya dengan kekuatan otot (tenaga) untuk
menghasilkan daya ledak (kekuatan) yang maksimum (menghasilkan kekuatan paling
yang mungkin kuat). Ada berbagai metoda-metoda tentang teknik pernafasan,
tetapi metode dasar untuk pemula-pemula adalah: ‘Satu nafas satu teknik’. Pada
waktu rileks (teknik tidak dilakukan) tetapi kendalikan cara bernafas dengan
membuang nafas keluar melalui mulut yang terbuka sedikit, akhir pernafasan dan
bersamaan dengan akhir teknik menutup mulut secara cepat seperti seolah-olah
kita mengigit dan secara bersamaan mengeraskan otot perut, mengkontrasikan
(mengeraskan) otot-otot tubuh dan selanjutnya sebelum satu detik rilekskan otot
dan menghirup secara normal. Ketika mengeraskan otot perut, perut harus lurus
dan terangkat kedepan.
6.
Kiai (= Peledakan Energi
/ Puncak Semangat)
Kiai
itu adalah teriakan akhir suatu teknik yang berbarengan dengan pembuangan nafas
sehingga pelaksanaan kime yang akan memaksimalkan kuasa gerakan. Kiai juga
mempunyai pengaruh yang akan mengejutkan lawan dan membuat mereka tidak bisa
membalas. Konsep dari KI adalah di puncak dari semua seni beladiri dan filsafat
(Jepang). KI adalah roh dan energi beserta pertemuan nafas AI pada [suatu] saat
dampak. Melakukan kiai adalah sangat penting. Kiai tidak sekedar suatu sorak
atau suara melengking dari kerongkongan. Jika kita menaruh tangan di perut
ketika batuk kita akan merasakan otot-otot perut kita berkontraksi (mengeras).
Hal ini sesungguhnya adalah awal dari kiai. Pertama-tama pahami prinsip-prinsip
dan bernafas – Kime seperti dijelaskan diatas – lalu mengabungkannya didalam
kiai yang dilakukan.
7.
Power and Speed ( =
Kekuatan dan Kecepatan )
Kekuatan
dihimpun dari kecepatan. Kekuatan berotot saja tidak akan memungkinkan
seseorang untuk ahli seni beladiri, atau didalam setiap olahraga sebetulnya.
Kekuatan kime (pemfokusan/pemusatan
tenaga) pada setiap teknik dasar karate berasal dari konsentrasi kekuatan yang
maksimum pada saat waktu benturan (akhir suatu teknik), sangat tergantung dari
kecepatan dari pukulan atau tendangan. Kecepatan dan kekuatan pukulan dari
seorang karateka yang terlatih baik bisa mencapai tiga belas meter per detik dan
menghasilkan kekuatan (tenaga setara dengan tujuh ratus kilogram). Meskipun
kecepatan adalah penting, ia tidak bisa efektif tanpa kendali. Kecepatan dan
kekuatan dihasilkan dari pemanfaatan kekuatan dan reaksi. Untuk tujuan ini,
satu pengetahuan (pemahaman) dinamika gerak dan penerapannya adalah sangat
penting.
8.
Concentration and Relaxation of Power
(= Konsentrasi & Rileksasi Tenaga )
Tenaga
maksimum adalah konsentrasi kekuatan semua bagian-bagian dari tubuh di target.
Tidak hanya mengeraskan lengan dan kaki-kaki. Dengan kata lain penting adalah
mengurangi pengunaan tenaga yang tidak perlu ketika melaksanakan suatu teknik,
akan menghasilkan tenaga yang maksimal ketika diperlukan. Pada dasarnya,
kekuatan tenaga dimulai pada saat kosong (nol), dan pada puncaknya (akhir suatu
teknik) menjadi seratus persen (ketika berbenturan dengan sasaran), dan
secepatnya kembali kosong (nol). Merilekskan tenaga tenaga bukan berarti
mengurangi kewaspadaan. Selalu waspada dan bersiap untuk gerakan berikutnya.
9.
Strengthening of Muscular Power
(= Memperkuat Kekuatan Otot)
Pemahaman
(pengetahuan) terhadap teori dan prinsip-prinsip dasar karate, tanpa otot-otot
yang kuat, terlatih baik dan elastis (lentur) untuk melakukan suatu teknik
adalah hal yang sia-sia. Memperkuat otot-otot memerlukan pelatihan rutin.
Pengetahuan teori dan prinsip tanpa kekuatan, latihan yang benar, kelenturan
otot untuk melakukan suatu teknik adalah sia-sia (tidak efektif). Adalah sangat
penting untuk mengetahui otot yang digunakan untuk melakukan suatu teknik,
melatih otot secara khusus (otot yang spesifik), sangat efektif untuk
memperbaiki teknik. Dan sebaliknya, semakin sedikit otot-otot yang tak perlu
yang digunakan, semakin sedikit hilangnya energi. Otot yang bekerja secara
penuh dan harmonis akan menghasilkan teknik-teknik efektif dan kuat. (Irama dan
waktu) Didalam setiap cabang olahraga, kemampuan puncak dari seorang atlit
adalah sangat berirama. Hal ini juga berlaku di karate. Irama dan waktu suatu
teknik seperti ritme (beat) didalam musik. Tiga faktor pokok adalah pengunaan
tenaga yang benar, kelancaran (kecepatan) gerak atau perlambatan gerak ketika
melaksanakan teknik serta melenturkan dan mengkontraksikan (mengeraskan) otot.
Kemampuan puncak dari seorang atlit bukanlah hanya bertenaga tetapi juga sangat
berirama dan indah/cantik. Mengetahui suatu perasaan (pengertian dari irama dan
pemilihan waktu adalah satu cara yang sempurna untuk mendapat kemajuan di dalam
seni karate ).
Melatih
Pukulan Karate
Metode-metode Memperkuat dan
menambah Kecepatan Pukulan
Pada
tingkat awal, jurus pertama yang diperkenalkan dalam Karate adalah Tsuki
(pukulan). Cukup banyak jenis pukulan yang diajarkan, mulai dari pukulan lurus
(choku tsuki) , Pukulan pisau tangan (Shuto Uchi), pukulan melebar U (Yama tsuki),
pukulan tinju ke atas (Tate Tsuki) dan lain-lain. Jenis pukulan akan semakin
bertambah banyak pada tingkatan selanjutnya.
Dalam
tahap pengenalan pukulan, hal pertama yang diajarkan pembimbing adalah
bagaimana memukul dengan benar, dimulai dari cara menggenggam, perputaran
gerakan, posisi tangan ketika memukul dan juga cara penyaluran tenaganya.
Setelah bentuk dari pukulan benar maka masuk ketingkat berikutnya yaitu
meningkatkan kekuatan, kecepatan serta ketepatan dalam mempergunakan pukulan
dalam berjurus (KATA) maupun bertanding (KOMITE).
Melatih
pukulan sebenarnya bukan sesuatu yang sulit, karena struktur tangan yang pendek
dan sendi yang sangat elastik sehingga tidak memerlukan senam khusus untuk
membuat tangan menjadi lentur, hal ini sangat berbeda ketika melatih tendangan
karena perlu senam khusus untuk mendapatkan kelenturan. Beberapa hal penting
ketika melatih pukulan adalah menggenggamlah dengan benar, karena sering sekali
hal ini kurang diperhatikan. Jika anda terbiasa mengendurkan genggangam, sehingga
tenaga lebih banyak terletak di lengan maupun di tungkai tangan. Bahaya lain
dari kebiasaan tidak mengggenggam dengan baik adalah ketika memukul dalam
turgul akan mengalami cidera, misalnya jari keseleo atau tangan bengkak karena
tidak kuat menahan benturan.
Tahap
kedua setelah dapat melakukan pukulan dengan benar adalah melatih
kekuatan. Sebagai alat tambahan untuk menambah kekuatan pukulan bisa juga dipakai:
1. Sandsack, berupa target yang diisi dengan bubuk kayu atau potongan karet.
2. Beras/gabah, pasir atau bahkan pasir panas, alat ini digunakan untuk tingkat
lanjutan dengan
tujuan untuk memperkuat jari tangan, sehingga ketika menggunakan jurus yang
memerlukan cakar, jari, tapak dan lain-lain akan tetap dahsyat hasilnya.
3. Lilin yang juga bisa dijadikan target keberhasilan pukulan, pukullah lilin
dari jarak sekitar 5 cm, apabila lilin padam maka pukulan kita sudah lumayan
baik, dan untuk seterusnya tambahkan jarak pukulan dari lilin, dari 5cm,
menjadi 7 cm, 10 cm dan seterusnya.
4. Kayu/papan (Makiwara), yaitu satu papan kayu berukuran 4 x 4 inci dengan
panjang 8 kaki yang ditanam ke dalam tanah kira 3 s/d 4 kaki, dengan target
menggunakan bantalan jerami, atau bantalan yg diisi busa padat dan dilapisi
oleh kalaf atau kulit yang tebalnya sekitar 2 inci. Catatan: Seorang pemula
dalam Karate sebaiknya berlatih memukul Makiwara, dari berbagai posisi (Seiken,
uraken, hiji, shuto), minimal 100 kali perhari. Setelah tiga sampai enam bulan
berlatih, sebaiknya ditingkatkan sampai rata-rata 300 kali perhari dengan
berbagai posisi. Jika anda terus berlatih dengan cara ini setiap hari selama
setahun, anda akan cukup kuat untuk memukul jatuh siapapun dengan mudah
dengansatu pukulan. Latihan ini akan mengembangkan tenaga (power),
kecepatan(speed) dan kekuatan (strength); bagaimanapun, ini hanyalah salah satu
metode latihan dalam Karate. Cara ini telah lama dipakai oleh para
Master-master Karate terdahulut erutama oleh Master Ginchin Funakoshi pendiri
aliran karate shotokan, tetapi lain halnya dengan Master Masutatsu Oyama
pendiri aliran Karate Kyokushinkai ia merasa latihan dengan menggunakan
Makiwara adalah bukan suatu cara metoda latihan yang terbaik. Berikut adalah
kutipan dari pernyataan Oyama dalam bukunya “ what is karate” terbitan tahun
1963:” Saya telah melakukan metode ini (memukul makiwara) untuk melatih kepalan
tangan saya selama 20 tahun, memukul rata-rata300 kali perhari. Sebelumnya saya
merasa sangat bangga dengan ukuran dan kekerasan dari ‚kapalan2’ yg terbentuk
di kepalan saya, apalagi kapalan2 itudapat dipukul dengan palu tanpa saya
merasa sakit. Ini adalah fakta bahwa, pukulan dari kepalan tangan saya
sangatlah kuat sekali. Saya mengikuti metode2 tersebut karena „Master Karate“
terdahulu, berlatih dengan cara tersebut. Akhir2 ini, bagaimanapun, saya mulai
percaya bahwa metode ini bukanlah yang terbaik, dan sebetulnya terbukti
menghasilkan tenaga yang lebih sedikit dibandingkan metode2 lain. Saya percaya
bahwa saya dapat menjadi seseorang yg jauh lebih kuat dari sekarang ini apabila
saya mengadopsi metode2 yang lebih masuk akal dalam latihan. Sungguh, latihan
memukul Makiwara berguna untuk memperkuat pergelangan dan kepalan;
bagaimanapun, saya telah menemukan bahwa latihan dengan memukul sesuatu yang
keras akan memperlambat pengembangan kecepatan. Saya tergerak untuk
mengembangkan suatu metode latihan baru dimana bukannya Makiwara, melainkan
sebuah spon tebal yang digunakan. Training dengan spon tidak hanya
mengembangkan kekuatan pergelangan, tapi kecepatan akan meningkat pula. Metode
yang sama dapat digunakan juga untuk latihan Tendangan. Cara lain untuk
meningkatkan kecepatan adalah menusuk dan memukul dengan kepal tangan pada
selembar kertas yang tergantung. Manfaat dari metode ini akan ditunjukkan lewat
contoh berikut. Saya memilih dua orang murid, dan meminta salah satunya untuk
berlatih dengan kertas yang digantung. Sementara murid lainnya berlatih dengan
Makiwara dengan cara yang biasa. Setahun kemudian, saya membandingkan mereka.
Murid yang berlatih dengan Makiwara, memang, nampak terlihat sebagai seorang
Karateka sejati, dengan kapalan di kepalannya. Namun, dalam percobaan
memecahkan genteng, batu dan papan, keduanya sama kuat. Keduanya berhasil
memecahkan sepuluh buah genteng, batu dan papan dengan ketebalan yang sama.
Dalam pandangan saya, murid yang berlatih dengan memukul kertas jauh lebih
gesit dalam pergerakannya (body movement), dan tangannya lebih cepat,
mengungguli murid yang satunya.
Diantara banyak orang yang berlatih karate, beberapa menganggap dirinya sebagai
Karateka papan atas, hanya karena mereka mempunyai kepal tangan yang ada
kapalannya, hasil latihan dengan Makiwara. Mereka bangga pada kekerasan
kepalannya dan berusaha mengatur-atur yg lain dalam ber-Karate. Sedihnya, saya
menemukan orang-orang tersebut, khususnya di Amerika.”
5. Kertas yang digantung seperti yang dilakukan Master Masutatsu Oyama di atas.
Tahapan
ketiga adalah melatih kecepatan, dalam tahap ini biasakan melatih
pukulan dengan cara beruntun, dimulai dari dua kali beruntun , tiga kali dan
semakin lama semakin banyak pukulan beruntun. Dalam tahap ini juga sudah
mengkombinasikan sasaran pukulan maupun jenis pukulan, sasaran bawah tengah
atas dan jenis pukulan lurus. Dengan cara melatih kecepatan dan variasi pukulan
seperti ini maka lawan sulit untuk menghindar atau menangkis pukulan kita. Cara
sederhana untuk melatih kecepatan pukulan adalah dengan cara push-up dengan
genggaman di samping badan bukan di depan pundak, push up ini harus dilakukan
dengan agak cepat layaknya melakukan pukulan pada posisi yang benar. Sebagai
tambahan dan bisa juga dijadikan target keberhasilan pukulan, pukulah lilin
dari jarak sekitar 5 cm, apabila lilin padam maka pukulan kita menjadi sudah
lumayan baik, dan untuk seterusnya tambahkan jarak pukulan dari lilin, dari 5
cm, 7 cm, 10 cm dan seterusnya
Sumber:
EDWIN E. NUGRAHA (KARATE HARMONI)
KATA HEIAN
1. HEIAN SHODAN
Heian berarti “Pikiran Penuh Kedamaian”. Kata ini adalah kata pertama dari lima
Kata tingkat dasar, yang diciptakan oleh Yasutsune Itosu (salah satu guru
Gichin Funakoshi). Meskipun tidak diketahui bagaimana Kata Heian ini
diciptakan, tetapi banyak yang berpendapat bahwa Heian merupakan bagian dari
Kata yang lebih tinggi tingkatannya yaitu Kata Kanku-Dai. Itosu menciptakan
Kata Heian untuk memperkenalkan Karate kedalam kurikulum sekolah untuk
menghilangkan kesan tehnik yang berbahaya yang terdapat pada kata lanjutan.
Heian Kata merupakan Kata Shorin, yang memperlihatkan kekuatan dan
fleksibelitas gerakan.
Hal Penting :
Sikap kedepan dan Pukulan gerak maju. Memiliki 21 gerakan dengan waktu aplikasi
40 detik.
2. HEIAN NIDAN
Heian Nidan berarti seri Heian yang kedua. Aslinya Kata ini merupakan Kata yang
pertama, tetapi Gichin Funakoshi merubahnya, karena Kata ini lebih sulit untuk
dipelajari maupun mengajarinya. Kata ini berhubungan dengan Kata Bassai-Dai.
Hal Penting :
Sikap balik kebelakang,tendangan menyamping,membalikan posisi pinggang/pinggul
dan kombinasi tehnik. Memiliki 26 gerakan dengan waktu aplikasi 40 detik.
3. HEIAN SANDAN
Heian Sandan berarti Heian yang ketiga dari seri Kata Heian. Kata ini
berhubungan dengan Kata Jitte.
Hal Penting :
Sikap kesamping dan tangkisan atas (atas bahu/kepala). Memilki 20 gerakan
dengan waktu aplikasi 40 detik.
4. HEIAN YONDAN
Heian Yondan berarti Heian keempat dari seri Kata Heian. Kata ini berhubungan
dengan Kata Kanku-Dai.
Hal Penting :
Pengembangan/kontraksi, tangkisan dan tehnik penyelesaian. Memiliki 27 gerakan
dengan waktu aplikasi 50 detik.
5. HEIAN GODAN
Heian Godan berarti Kata Heian kelima dari Seri Kata Heian. Kata ini
berhubungan dengan Kata Gankaku.
Hal Penting :
Fleksibilitas dan Keseimbangan. Memiliki 23 gerakan dengan waktu aplikasi 50
detik.
KATA TEKKI
1. TEKKI SHODAN
Tekki berarti kuda besi atau posisi berkuda. Tekki Shodan adalah Kata Tekki pertama
dalam seri Kata Tekki. Kata Tekki adalah Kata Shorei, menggambarkan kekuatan,
tehnik yang penuh tenaga. Kata Tekki diciptakan dan direvisi oleh Yasutsune
Itosu. Gichin Funakoshi menghabiskan waktu tiga tahun untuk belajar dan
menguasai masing-masing Kata Tekki ini (pada waktu itu, setiap murid
menghabiskan beberapa tahun untuk mempelajari Kata). Tekki Shodan mempunyai
nama asli Naihanchi dan diperkenalkan oleh Yasutsune Itosu, Tekki Nidan dan
Sandan diciptakan oleh Yasutsune Itosu. Belum ada penjelasan yang memadai
kenapa Tekki memiliki perlintasan gerakan satu garis, meskipun kadang terpikir
dilakukan dengan baju besi dan/atau diatas punggung kuda (hal ini tidak bisa
diaplikasikan secara teknis). Makna dari Kata ini dapat juga pertahanan dengan
latar belakang dinding/tembok atau diatas perahu.
Hal Penting
Posisi badan rendah yang kuat, getaran pinggul, dan sikap kesamping. Memiliki
29 gerakan dengan waktu aplikasi 50 detik.
2. TEKKI NIDAN
Tekki Nidan berarti Kata kedua dari seri Kata Tekki. Tekki Nidan dan Tekki
Sandan dipelajari untuk pertama kali pada level sabuk Coklat, tetapi tidak
dipelajari secara intensif hingga tingkat sabuk Hitam.
Hal Penting
Posisi badan rendah yang kuat, getaran pinggul dan sikap kesamping. Memiliki 24
gerakan , dengan waktu aplikasi 50 detik.
3. TEKKI SANDAN
Tekki Sandan berarti Kata Tekki yang ketiga dari seri Kata Tekki.
Hal Penting
Posisi badan rendah yang kuat, getaran pinggul dan sikap kesamping. Memiliki 36
gerakan dengan waktu aplikasi 50 detik.
KATA
LANJUTAN
1. BASSAI-DAI
Bassai-Dai berarti menghancurkan pertahanan musuh dengan kecerdikan dan
menemukan kelemahan lawan (kebanyakan mengartikan “Gempuran Yang Sangat Kuat”).
Kata ini dipelajari pada tingkat Kyu 3 hingga tingkat Shodan (Dan I). Aslinya
disebut Passai, Kata ini pertama kali diperlihatkan di Tomari dan Shuri.
Bassai-Dai adalah Kata Shorin.
Hal Penting
Rotasi Pinggul, kekuatan penuh, semangat yang kuat dan luapan tenaga,
ketidak-untungan harus menjadi keuntungan. Memiliki 42 gerakan, dengan waktu
aplikasi 60 detik.
2. BASSAI-SHO
Bassai-Sho berarti lebih rendah dari Bassai-Dai. Kata Shorin ini diciptakan
oleh Yasutsune Itosu. Kata ini lembut, tetapi penuh tenaga walaupun tidak
seperti Bassai-Dai.
Hal Penting
Tangkisan yang sangat kuat dan serangan balik yang sangat tajam. Memiliki 27
gerakan.
3. KANKU-DAI
Kanku-Dai berarti melihat dunia atau langit (dari gerakan pertama). Kata Dai
menunjukkan bahwa Kata ini merupakan Kata Kanku terhebat. Kanku-Dai bernama
asli Kushanku, nama seorang ahli bela diri Cina yang datang ke Okinawa pada
abad ke-18. Kata ini merupakan Kata favorit dari Gichin Funakoshi dan Kata ini
yang beliau pilih untuk di demonstrasikan diluar Okinawa. Gichin Funakoshi yakin
bahwa Kanku-Dai memiliki semua element dasar dari Karate Shotokan. Kata ini
juga merupakan favorit Sensei Okazaki yang mendemonstrasikan kata ini di buku
The Best Karate. Kata ini juga menjadi bahan ujian sebagai Kata kedua dalam
Ujian Nidan (Dan II).
Hal Penting
Tehnik yang cepat dan lamban, penuh tenaga dan lembut, pemekaran dan penciutan,
dan lompatan dan membungkuk. Kata ini digunakan jika benar-benar terkepung oleh
musuh. Keadaan/situasi juga merupakan hal penting, karena panjangnya Kata.
Memiliki 65 gerakan dengan waktu aplikasi 90 detik.
4. KANKU-SHO
Kanku-Sho berarti Kata terendah didalam Kata Kanku. Kata Shorin ini merupakan
perpaduan antara Heian Yondan dan Kanku-Dai.
Hal Penting
Penggunaan tenaga dengan benar, kecepatan dan pemekaran/penciutan dari otot.
Memiliki 47 gerakan.
5. JITTE
Jitte (kadang dibaca Jutte) berarti tangan sepuluh atau keajaiban sepuluh. Kata
Shorei ini berasal dari Tomari. Kata ini mungkin diperagakan dengan tongkat di
tangan. Nama Kata ini tidak mengalami perubahan (hanya Jitte dan Gion yang
tidak mengalami perubahan).
Hal Penting
Rotasi pinggul, dan tangkisan dengan tongkat. Memiliki 24 gerakan dengan waktu
aplikasi 60 detik.
6. HANGETSU
Hangetsu berarti Bulan Separuh/Setengah Bulan (berarti juga nama sikap utama dalam
Kata). Kata ini adalah asli Cina dan nama aslinya adalah Seisan atau Seishan.
Kata ini diperagakan pertama kali di Tomari. Kata ini adalah Kata Shorei.
Hal Penting
Pemekaran/penciutan, putaran lengan dan pergerakan kaki serta pernapasan.
Memiliki 41 gerakan dengan waktu aplikasi 60 detik.
link download gambar:
7. EMPI
Empi (kadang disebut Enpi) berarti Burung Wallet Terbang. Kata Shorin ini
dipelajari teutama di Tomari (hingga Restorasi Meiji, disebarkan ke Shuri dan
Naha). Kata ini sebelumnya dikenal dengan nama Wansu atau Wanshu (Setelah
seorang ahli beladiri Cina datang ke Okinawa ). Nama Kata ini diganti oleh
Gichin Funakoshi. Yasutsune Itosu membuat perbaikan yang sangat berarti dari
gerakan Kata yang asli.
Hal Penting
Tinggi rendah posisi badan, gerakan yang cepat (kecepatan). Memiliki 37 gerakan
dengan waktu aplikasi 60 detik.
8. GANKAKU
Gankanku berarti “Burung Bangau Diatas Karang” (nama ini diambil dari salah
satu posisi dalam Kata ini – ada posisi dimana seperti burung bangau dengan satu
kaki, sebagai serangan dalam mempertahankan diri). Ini merupakan Kata yang
sudah sangat tua, aslinya bernama Chinto, kemudian namanya diubah oleh Gichin
Funakoshi. Kata ini disempurnakan oleh Yasutsune Itosu. Gankaku merupakan Kata
Shorin (walaupun kadang dikatakan sebagai Kata Shorei).
Hal Penting
Keseimbangan dan tendangan kesamping. Memiliki 42 gerakan dengan waktu aplikasi
60 detik.
9. GION
Arti dari Gion (Kadang dibaca Jion) belum ditemukan. Ini merupakan Kata Shorei
yang diberi nama setelah rahib Cina datang ke Okinawa. Gion juga merupakan nama
pura di Jepang dan Cina. Dan Gion dikenal sebagai nama rahib Budha Suci. Nama
Kata ini tidak mengalami perubahan. Gion dipelajari di Tomari. Versi lain dari
Kata Gion ini juga dipelajari aliran Karate Wado-Ryu. Didalam mengambil nama
dari rahib Budha Suci, Gion berkonotasi ketenangan, penuh kebanggaan, dan penuh
kekuatan dalam mempelajarinya. Kata ini didemonstrasikan oleh Sensei Tanaka
dalam buku The Best Karate.
Hal Penting
Ketenangan, gerakan penuh tenaga, dengan semangat bertarung yang hebat.
Memiliki 47 gerakan dengan waktu aplikasi 60 detik.
10. CHINTE
Chinte berarti “Tangan Ajaib”. Kata ini merupakan Kata Shorin yang terdiri dari
beberapa tehnik Cina yang tidak ditemukan dalam Karate Shotokan. Gichin
Finakoshi mengganti namanya menjadi Shoin, tetapi kemudian kembali lagi kenama
yang dahulu. Sangat sulit untuk menguasai pengunaan tenaga yang benar pada Kata
ini.
Hal penting
Memiliki 33 gerakan.
11. UNSU
Unsu berarti “Tangan Bagaikan Awan”. Kata ini merupakan Kata Shorin tanpa
diketahui asalnya. Tangan dengan arti tehnik tangan menyapu lawan seperti awan
terbelah pisau dilangit. Masatoshi Nakayama mengingatkan bahwa Kata Unsu
terlihat bagaikan “Burung gagak yang menakutkan mencoba menari “, jika Kata
Heian, Kanku-Dai, Empi dan Gion sebelumnya telah dikuasai.
Hal Penting
Lompatan Tinggi dan rendah, tenik menendang, berpura-pura dan menggunakan
beberapa bagian tubuh sebagai senjata. Memiliki 48 gerakan.
12. SOCHIN
Sochin berarti perasaan/keadaan tenang ditengah orang (dan nama ini diambil
dari posisi utama didalam Kata ini). Kata Sochin merupakan Kata Shorei,
dimodifikasi oleh Yoshitaka Funakoshi (anak dari Gichin Funakoshi).
Hal Penting
Lamban, gerakan penuh tenaga dan sikap sochin ( juga disebut sikap fudo-dachi
). Memilki 40 gerakan.z
13. NIJUSHIHO
Nijushiho berarti 24 (dua puluh empat) langkah (sekarang memiliki 30 gerakan,
tetapi aslinya adalah 24 gerakan kaki). Makna dari Kata ini adalah sebuah
gambaran alami aliran air atau ombak (kadang gerakannya lamban dengan segala
keagungan, kadang kuat dan cepat). Kata ini merupakan Kata Shorin (meskipun ada
yang mengklaim sebagai Kata Shorei). Kata ini adalah Kata favorit instruktur
Frank Woon-A-Tai. Pada tahun1934 Guru Gichin Funakoshi memerintahkan Masatoshi
Nakayama untuk mempelajari Kata ini dari Guru Shito-Ryu, Kenwa Mabuni. Kata ini
secara bertahap disesuaikan dengan tehnik Shotokan.
Hal Penting
Penggabungan total dari bermacam kekuatan dan kecepatan (Masatoshi Nakayama
mengingatkan bahwa kata ini dapat menyerupai sebuah “Tarian” tanpa kepandaian
yang sempurna untuk melakukannya).
14. GOJUSHIHO-DAI
Gojushiho-Dai berarti 54 (lima puluh empat) langkah (sekarang 62 gerakan). Kata
Shorin ini terinspirasi dari seekor burung yang menyerang musuh dengan
ketajaman paruhnya. Nama lamanya adalah Useshi. Kata ini asli dari Cina dan
dipelajari di Cina hingga abad ke-20. Masatoshi Nakayama juga mempelajari Kata
Gojushiho ketika dia belajar Nijushiho dengan Mabuni.
Hal Penting
Dengan segala kelembutan dan tehnik aliran.
15. GOJUSHIHO-SHO
Gojushiho-Sho berarti kata terendah di Kata Gojushiho. Kata ini merupakan Kata
Shorin yang terinpirasi dari seekor burung yang menyerang musuh dengan
ketajaman paruh, sayap dan cakarnya. Kemampuan tehnik tingkat tinggi sangat
dibutuhkan untuk memainkan atau mengerti Kata ini.
Hal Penting
Satu hal penting dalam Kata ini adalah tehnik tangan pedang. Memiliki 65
gerakan yang mudah dikacaukan dengan gerakan Gojushiho-Dai.
16. MEIKYO
Meikyo berarti cermin membersihkan cermin (kembali mengasah tehnik Karate
dengan latihan yang berulang untuk mendapatkan sebuah pengertian yang jernih
tentang tehnik dan karakter Karate). Kata Shorei ini memiliki pengusaan tehnik
dalam Kata Heian dengan bentuk Kata yang lebih lunak dan tenang. Nama asli Kata
ini adalah Rohai. Kata ini merupakan Kata favorit Sensei Masatoshi Nakayama.
Menurut cerita asli, Kata ini diambil dari sebuah tarian untuk meminta Tuhan
memunculkan Dewa Matahari (Amaterasu) dari goa dimana dia bersembunyi.
Hal Penting
Memiliki 32 gerakan.
17. WANKAN
Wankan berarti “Mahkota Raja”. Kata Shorin ini tidak dijelaskan dalam buku The
Best Karate. Wankan adalah Kata terpendek dari semua Kata aliran shotokan. Kata
ini aslinya dipelajari di Tomari, terdiri dari gerakan lembut dan ringan dari
apa yang sekarang kita lihat dalam kata aliran Shotokan.
18. JI’IN
Ji’in diciptakan sebagai sebuah penghormatan terhadap kematian dan ketenangan/
penuh kekuatan dari Gion. Nama aslinya tidak diketahui dan namanya mungkin
diambil dari sumber yang sama dengan Gion. Pembahasan tentang ini belum selesai
dalam buku The Best Karate.